Merepresentasikan Secara Visual Ibrahim Datuk Tan Malaka

Authors

  • Gusri Wandi Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang, Indonesia

:

https://doi.org/10.9744/nirmana.17.2.110-124

Keywords:

Tan Malaka, Interpretasi Visual, seni lukis.

Abstract

Ibrahim Datuk Tan Malaka lahir pada tanggal 2 Juni 1897 di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat. Pada  tahun 1907  beliau masuk ke Kweekschool di Bukittinggi. Ketika berumur 16 tahun, Tan Malaka pulang  ke  kampungnya  di  Suliki.  Kemudian  ibunya  (Sinah  Simabua)  memberikan  dua  pilihan  kepada Tan Malaka, yaitu menikah atau diangkat menjadi datuk. Tan Malaka lebih memilih diangkat menjadi datuk  dari  pada  menikah.  Maka  nama  Ibrahim  berubah  menjadi  Ibrahim  Datuk  Tan  Malaka. Sebagaimana  yang  terdapat  dalam  pepatah  adat  Minangkabau,  ketek  banamo  gadang  bagala,  maka Ibrahim dipanggil dengan gelar Tan Malaka. Sebagai seorang pahlawan kemerdekaan, Tan Malaka tidak begitu dikenal oleh masyarakat. Namanya tidak seharum Soekarno, Hatta atau Sjahrir. Meskipun sudah diangkat  sebagai  pahlawan  kemerdekaan,  namun  pemerintah  tidak  pernah  berusaha  untuk  mengem- balikan eksistensi Tan Malaka  tersebut.  “Tidak  adil” adalah puncak dari apa yang dirasakan terhadap tokoh legendaris dalam karya ini, Tan Malaka adalah seorang pejuang, pemberontak, tokoh kiri, komunis, filsuf, serta seorang pemikir jenius yang pernah dimiliki oleh negara Republik Indonesia. Perancangan ini menjadikan  Tan  Malaka  sebagai  obyek  dalam  karya  seni  lukis  kontemporer.  Tujuan  perancangan  ini adalah  agar  masyarakat  luas  mengenali  Tan  Malaka  dari  segi  visual,  mengetahui  sejarahnya,  dan menghargai  apa  yang  telah  Tan  Malaka  lakukan  dengan  cara  memberikan  apresiasi  melalui  sebuah karya seni lukis kontemporer.

References

Alfian. et al. 1979. Manusia Dalam Kemelut Seja- rah. Jakarta: LP3ES.

Dharsono. 2007. Kritik Seni (Cetakan Pertama). Bandung: Rekayasa Sains.

Dharsono. 2007. Estetika (Cetakan Pertama). Ban- dung: Rekayasa Sains.

Hidayat, R. A. 2008. 11-17 Agustus. Madilog: Se- buah Sintetis Perantauan. Jakarta: Tempo.

Historia, “Hari Ini adalah Hari Kematian Tan Malaka”, https://historia.id/modern/articles/ hari-ini-adalah-hari-kematian-tan-malaka- 6kRrj diakses pada 20 November 2016.

Kahin, Audrey. 2008. Dari Pemberontakan Ke Inte- grasi. Jakarta: Obor.

Malaka, Tan. 1987. Naar De Republiek Indonesia. Jakarta: Yayasan Massa

Malaka, Tan. 2000. Madilog. Jakarta: Teplok Press.

Malaka, Tan. 2008. Dari Penjara Ke Penjara. Yogyakarta: Narasi.

Nasir, Zulhasril. 2008. Tan Malaka Dan Gerakan Kiri Minangkabau. Jakarta: Ombak.

Nasir, Zulhasril. 2008. Pemberontak dari Alam Permai Minangkabau. Jakarta: Tempo.

Sumardjo, Jakob. 2007. Filsafat Seni. Bandung: ITB. Tempo, 2008. Bapak Republik Yang Dilupakan.

Wawancara

:

Alamsyah, D. K. (29 tahun) Mahasiswa program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia. Wawan- cara tanggal 23 Oktober di kediamannya di Lubuk Buaya, Padang.

Poeze, H. A. (65 tahun) peneliti dari Universitas Leiden, Belanda. Wawancara tanggal 5 januari 2012 di Aula Universitas Islam Bandung, Bandung, Jawa Barat.

Film:

Alamsyah, D. K. & Indra, Rahman (Produser), Alamsyah, D. K. (Sutradara). 2010.

Selopanggung (Film), Green Media, Jakarta.

Downloads

Published

2019-02-06

How to Cite

Wandi, G. (2019). Merepresentasikan Secara Visual Ibrahim Datuk Tan Malaka. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, 17(2), 110-124. https://doi.org/10.9744/nirmana.17.2.110-124

Issue

Section

Articles